Menurut masyarakat Banjar, “Belum ke Banjarmasin jika belum mengunjungi Pasar Terapung Muara Kuin Banjarmasin, Kalimantan Selatan”. Banjarmasin merupakan kota yang mendapat julukan sebagai Kota Seribu Sungai, memiliki pasar tradisional yang sangat unik karena berada di atas sungai yaitu Pasar Terapung Muara Kuin Banjarmasin. Pasar ini berada di aliran Sungai Barito, sungai yang melintasi 2 provinsi di Kalimantan yaitu Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Pasar Terapung Muara Kuin merupakan ciri khas Kota Banjarmasin. Para pedagang dan pembeli menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar. Pasar ini mulai setelah salat Subuh sampai pukul tujuh pagi. Matahari terbit memantulkan cahaya di antara transaksi sayur-mayur dan hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran Sungai Barito dan anak-anak sungainya.
Para perempuan dan laki-laki yang berperahu menjual hasil produksi sendiri atau tetangganya disebut dukuh, sedangkan orang yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan. Keistimewaan pasar ini ialah masih sering terjadi transaksi barter antar pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk.
Kini kegiatan di Pasar Terapung Muara Kuin semakin berkurang, digantikan oleh pasar darat. Jalur-jalur sungai dan kanal tergantikan dengan jalan raya. Masyarakat yang dulu banyak memiliki jukung, sekarang telah bangga memiliki sepeda motor atau mobil.
Berdasarkan bacaan sebelumnya, apa yang dapat kamu ketahui tentang keunikan di Kalimantan Selatan?
Banjarmasin merupakan kota yang mendapat julukan sebagai Kota Seribu Sungai, memiliki pasar tradisional yang sangat unik karena berada di atas sungai yaitu Pasar Terapung Muara Kuin Banjarmasin. Pasar ini berada di aliran Sungai Barito, sungai yang melintasi 2 provinsi di Kalimantan yaitu Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Apa komentarmu tentang budaya pasar terapung?
Serunya bertransaksi di atas air ini, kita bisa langsung bertransaksi dari perahu ke perahu dan hal itu merupakan pemandangan yang sangat unik dan khas dari pasar terapung ini
Jika kamu menjadi seorang pedagang, lokasi manakah yang kamu pilih untuk berdagang, di darat atau di sungai? Berikan alasanmu!
Lokasi yang baik digunakan untuk berdagang adalah daratan karena lokasi daratan alat transportasinya mudah.
Apa yang dapat kamu lakukan untuk melestarikan keunikan pasar terapung?
Untuk melestarikan pasar terapung maka perlu dilakukan berbagai upaya antara lain membina para pedagang agar tetap bertahan di lokasi tersebut. Salah satu upaya pelestarian pasar terapung adalah dengan Festival Pasar Terapung. Dengan festival ini dapat menampilkan karakteristik budaya Banjar dan beserta asfek keunikannya.
Setelah puas merasakan secara langsung aktivitas perdagangan di pasar terapung kita juga dapat melakukan kegiatan wisata menyusur sungai. Selain Inilah salah satu kegiatan wisata paling menarik di Kota Banjarmasin. Kita dapat berjalan-jalan menyusuri sungai dan kanal menggunakan perahu atau jukung bermesin.
Proses Pembuatan Perahu Pinisi
Proses Pembuatan Perahu Pinisi
Kapal pinisi merupakan kapal layar tradisional yang berasal dari Suku Bugis di Sulawesi Selatan. Orang Bugis dikenal dengan pembuat kapal dan pelaut yang tangguh. Kapal tradisional ini mempunyai dua tiang layar utama dan tujuh buah layar. Berikut proses pembuatan perahu Pinisi.
Karena proses pembuatannya masih tradisional, praktis alat yang digunakan juga masih tradisional. Alat yang menggunakan mesin hanya gergaji mesin yang digunakan untuk memotong kayu-kayu berukuran besar dan mesin penghalus kayu. Dalam proses pembuatan kapal pinisi ada yang namanya Punggawa. Punggawa adalah orang yang memimpin pembuatan kapal. Urutan pembuatan perahu pinisi antara lain :
Karena proses pembuatannya masih tradisional, praktis alat yang digunakan juga masih tradisional. Alat yang menggunakan mesin hanya gergaji mesin yang digunakan untuk memotong kayu-kayu berukuran besar dan mesin penghalus kayu. Dalam proses pembuatan kapal pinisi ada yang namanya Punggawa. Punggawa adalah orang yang memimpin pembuatan kapal. Urutan pembuatan perahu pinisi antara lain :
- Pemotongan kayu untuk papan selalu disesuaikan dengan arah urat kayu agar kekuatannya terjamm. Setelah semua bahan kayu mencukupi, barulah dikumpulkan untuk dikeringkan.
- Peletakan lunas (bagian terbawah dari kapal) juga memakai upacara khusus. Balok lunas bagian depan merupakan simbol lelaki. Sedang balok lunas bagian belakang diartikan sebagai simbol wanita. Setelah dimantrai, bagian yang akan dipotong ditandai dengan pahat. Pemotongan yang dilakukan dengan gergaji harus dilakukan sekaligus tanpa boleh berhenti. Karena itu, pemotongan harus dilakukan oleh orang yang bertenaga kuat.
- Ujung lunas yang sudah terpotong tidak boleh menyentuh tanah. Bila balok bagian depan sudah putus, potongan itu harus dilarikan untuk dibuang ke laut. Potongan itu menjadi benda penolak bala dan dijadikan kiasan Sebagai suami yang siap melaut untuk mencari nafkah. Sedangkan potongan balok lunas bagian belakang disimpan di rumah, dikiaskan sebagai istri pelaut yang dengan setia menunggu suami pulang dan membawa rezeki.
- Pemasangan papan pengapit lunas, disertai dengan upacara Kalebiseang. Upacara Anjarreki yaitu untuk penguatan lunas, disusul dengan penyusunan papan dari bawah dengan ukuran lebar yang terkecil sampai keatas dengan ukuran yang terlebar. Jumlah seluruh papan dasar untuk perahu pinisi adalah 126 lembar. Setelah papan teras tersusun, diteruskan dengan pemasangan buritan tempat meletakkan kemudi bagian bawah.
- Apabila badan perahu sudah selesai dikerjakan, dilanjutkan dengan pekerjaan a’panisi, yaitu memasukkan majun pada sela papan. Untuk merekat sambungan papan supaya kuat, digunakan sejenis kulit pohon barruk. Selanjutnya, dilakukan allepa, yaitu mendempul. Bahan dempul terbuat dari campuran kapur dan minyak kelapa. Campuran tersebut diaduk Selama 12 jam, dikerjakan sedikitnya 6 orang. Untuk kapal 100 ton, diperlukan 20 kg dempul badan kapal. Sentuhan terakhir adalah menggosok dempul dengan kulit pepaya.
- Proses terakhir kelahiran pinisi adalan peluncurannya. Upacara selamatan diadakan lagi. Peluncuran kapal diawali dengan upacara adat Appasili yaitu ritual yang bertujuan untuk menolak bala.
Proses Pembuatan Kapal
Dalam pembangunan kapal selalu mengikuti tahapan sabagai berikut.
- Tahap Pembuatan Awal. Dalam tahap ini pekerjaan yang utama adalah pembentukan pelat yang dilakukan dengan pembersihan, penandaan, pemotongan, pembengkokkan, dan lain-lain.
- Tahap Perakitan Awal. Sebagian dari pelat dinding setelah dibuat biasanya langsung dikirimkan ke tempat perakitan. Akan tetapi, konstruksi dalam seperti kerangka geladak atau dasar biasanya dirakit tersendiri lebih dahulu dalam tahap perakitan mula atau awal. Dalam tahap ini biasanya digunakan cara pengelasan tangan, pengelasan gaya berat, pengelasan rendam, dan sebagianya. Apabila kapal kayu maka dilakukan proses penyambungan atau pengeleman.
- Tahap Perakitan. Ada tahap perakitan semua komponen baik yang datang dari pembuatan maupun dari perakitan awal dirakit menjadi kotak-kotak perakitan (dilas/dilem atau disambung). Pada kapal baja penyambungan di antara kotak-kotak perakitan dilakukan dengan menggunakan las busur rendam otomatis. Dalam hal mengikat kerangka dan pelat dinding digunakan las tangan atau las gaya berat dengan elektroda khusus untuk pengelasan datar. Di samping cara pengelasan tersebut, digunakan juga cara lain bergantung pada bagian-bagian yang disambung dan posisi pengelasannya.
- Tahap Pembangunan. Kotak-kotak yang sudah dirakit kemudian disusun di atas galangan dengan bantuan mesin angkat (crane). Setelah diatur kotak-kotak tersebut kamudian dilas dengan menggunakan dua macam cara pengelasan baik dengan las biasa maupun dengan las otomatik.
Proses pembuatan perahu Pinisi dan kapal memiliki beberapa perbedaan. Salah satunya adalah alat dan teknologi yang digunakan pada proses pembuatan perahu Pinisi masih menggunakan alat-alat dan teknologi tradisional disertai dengan upacara-upacara pada setiap proses pembuatan. Sedangkan pada pembuatan kapal sudah menggunakan alat-alat modern seperti mesin las dan mesin pengangkat (crane). Kapal Pinisi bahan yang digunakan adalah kayu sedangkan pada kapal bahan yang digunakan adalah pelat besi.