Sejarah Kesultanan Kerajaan Ternate| Kerajaan Ternate, memiliki sejarah yang panjang dengan berbagai pengaruh, peninggalan-peninggalan dari raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Ternate. Kerajaan ternate memiliki perkembangan kehidupan politik dan perkembangan sosial dan ekonomi dalam kerajaan ternate. Islam memasuki daerah Maluku diperkirakan antara tahun 1460-1465. Tanda-tanda awal kedatangannya dapat diketahui dari sumber-sumber naskah kuno, seperti Hikayat Jitu dan Hikayat Bacan. Selain itu, sumber-sumber asing dari cina dan portugis juga sangat menudukung sejarah masuknya Islam ke Maluku tersebut.
a. Kehidupan Politik
Raja Ternate yang pertama kali diketahui memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat istana adalah Kolano Marhum atau Gapi Baguna II (1432-1486). Pengganti Kolano Marhum adalah putranya yang bernama Sultan Zainal Abidin (1486-1500). Sultan Zainal Abidin pernah memperdalam ajaran Islam dengan berguru pada Sunan Giri di Pulau Jawa. Saat itu, dia dikenal sebagai Sultan Bualawa (Sultan Cengkih). Sultan Zainal Abidin giat menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau di sekitarnya, bahkan sampai ke Filipina Selatan.
Pada tahun 1512, Portugis pertama kali datang di Maluku di bawah pimpinan Fransisco Serrao. Atas persetujuan Sultan Bayanullah (1500-1522), Portugis diizinkan mendirikan pos dagang di Ternate. Setelah Sultan Bayanullah wafat, terjadi perebutan takhta di Kerajaan Ternate akibat hasutan dari Portugis. Portugis ingin menjadikan Ternate sebagai vassal atau bawahan Kerajaan Portugis. Akan tetapi, keinginan Portugis itu ditentang oleh Sultan Khairun Jamil (1535-1570). Tindakan semena-mena Portugis membuat Sultan Khairun dan rakyat Ternate geram sehingga mengobarkan perang pengusiran terhadap Portugis. Karena posisinya terdesak, Portugis memohon damai keapda Sultan Khairun. Secara licik Gubernur Portugis (Lopez de Mesquita) mengundang dan akhirnya dengan kejam membunuh sultan yang datang tanpa pengawalnya.
Pembunuh Sultan Khairun semakin mendorong rakyat Ternate untuk menyingkirkan Portugis. Pada tahun 1575, Portugis berhasil diusir dari wilayah Maluku di bawah pimpinan Sultan Baabullah (1570-1583). Kemenangan rakyat Ternate ini merupakan kemenangan pertama putra-putra Nusantara atas kekuatan Barat. Kerajaan Ternate mencapai punjak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Baabullah. Untuk melindungi wilayahnya, Kerajaan Ternate membangun armada laut yang kuat. Kerajaan Ternate berhasil membentuk Uli Lima atau persekutuan lima. Persekutuan ini dipimpin oleh Kerajaan Ternate dengan anggotanya Obi, Bacan, Seram, dan Ambon. Sepeninggal Sultan Baabullah, Kerajaan Terante mulai melemah sehingga terancam oleh kekuatan Belanda (VOC).
Pada tahun 1607, VOC membangun Benteng Oranje di Ternate yang merupakan benteng pertama mereka di Nusantara. Semakin lama cengkeraman dan pengaruh VOC pada sultan-sultan Ternate semakin kuat. Pada masa pemerintahan Sultan-sultan ternate semakin kuat. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Nurul Islam atau Sultan Sibori, Ternate berupaya melakukan perlawanan terhadap VOC. Akan tetapi, usaha tersebut mengalami kegagalan. Pada tanggal 7 Juli 1683, Sultan Sibori terpaksa menandatangani perjanjian yang intinya menjadikan Ternate sebagai kerajaan dibawah kekuasaan VOC. Perjanjian ini mengakhiri masa Ternate sebagia negara berdaulat.
b. Kehidupan Sosial dan Ekonomi
Kehidupan ekonomi rakyat Ternate sangat dipengaruhi oleh perkebunan rempah-rempah dan aktivitas perdagangan. Bersama dengan Tidore. Ternate dikenal sebagai produsen komoditas rempah-rempah yang banyak diperjualbelikan dalam perdagangan dunia abad ke-15-17. Semakin ramai kegiatan perdagangan semakin besar pula kesempatan rakyat kesempatan rakyat untuk menikmati kesejahteraan. Para pedagang asing datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar bagi perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat membangun armada laut yang cukup kuat.
Akan tetapi, karena praktik monopoli VOC dalam perdagangan yang diikuti dengan kebijakan ekstirpasi, kehidupan rakyat Ternae semakin menderita. Hal tersebut karena VOC membinasakan pohon rempah-rempah yang dimiliki oleh rakyat Ternate agar tidak berlebihan. Hal ini juga dilakukan VOC dengan tujuan menjaga harga rempah-rempah di pasar internasional agar tetap tinggi. VOC juga melakukan Pelayaran Hongi yang bertujuan untuk mengawasi peredaran rempah-rempah yang berlebihan. Selain itu, bertujuan untuk mencegah petani melakukan hubungan dagang dengan pihak lain.
Sekian artikel tentang Sejarah Kesultanan Kerajaan Ternate semoga bermanfaat