Aspek kebahasaan yang membangun teks cerpen meliputi kosakata, gaya bahasa, kalimat deskriptif, dan bahasa baku/tidak baku. Pemilihan diksi yang benar dan sesuai menjadi penting sebagai tolak ukur kualitas cerpen yang dihasilkan, serta menambah keserasian antara bahasa dan kosakata yang dipakai dengan pokok isi cerpen yang ingin disampaikan kepada pembaca. Aspek gaya bahasa berfungsi untuk meningkatkan efek makna dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal lain tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Penggunaan gaya bahasa ini akan menimbulkan makna konotasi.
Aspek kebahasaan lainya dalam cerpen adalah kalimat deskriptif. Dalam sebuah cerpen kalimat deskriptif digunakan untuk menggambarkan suasana dalam cerita. Ciri linguistik lainya yang membangun teks cerita pendek adalah penggunaan kalimat yang berfungsi melukiskan/mengambarkan keadaan dan peristiwa. Penulis cerpen menggunakan bahasa yang tidak formal karena cerita pendek mengisahkan kehidupan sehari-hari. Bahasa tidak formal membuat cerita pendek terasa lebih nyata.
1. Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Penggunaan gaya bahasa ini dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu. Gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca.
Gaya bahasa merupakan bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Penggunaan gaya bahasa ini dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu. Gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca.
Terdapat sekitar 60 gaya bahasa. Namun, Gorys Keraf membaginya menjadi empat kelompok, yaitu gaya bahasa perbandingan (metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis, dan sebagainya), gaya bahasa pertentangan (hiperbola, litotes, ironi, satire, paradoks, klimaks, antiklimaks, dan sebagainya), gaya bahasa pertautan (metonimis, sinekdoke, alusi, eufemisme, elipsis, dan sebagainya), dan gaya bahasa perulangan (aliterasi, asonansi, antanaklasis, anafora, simploke, dan sebagainya).
No. | Gaya Bahasa | Kalimat |
1. | Antitesis : Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya | Sejak dulu, Makaji tidak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah hajatan itu orang terpandang yang tamunya membludak atau orang biasa yang hanya sanggup menggelar syukuran seadanya. |
2. | Retorik : Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut | Orang tua mana yang tak ingin berkumpul dengan anaknya di hari tua? Apa susahnya mendatangkan Makaji? |
3. | Paradoks : Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar | Nasi banyak gulai melimpah, tetapi helat tak bikin kenyang. |
4. | Hiperbola Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal | Adik–adiknya sudah terbang hambur ke negri orang. Dua kali meriam ditembakan ke langit. |
5. | Ironi : Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. | Kuah gulai rebungnya encer seperti kuah sayur toge. |
6. | Personifikasi : Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia | Akibatnya, berseraklah fitnah dan cela yang mesti ditanggung tuan rumah. Tetapi macam-macam hidangan tidak menggugah selera. |
7. | Alegori : Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. | Tabiat orang tua memang selalu begitu, walau terasa semanis gula tak bakal langsung direguknya, meski sepahit empedu tidak pula buru-buru dimuntahkannya, mesti matang ia menimbang. Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah tak berpembatang, tak ada yang bisa diandalkan. |
8. | Simile :Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai" | Ibarat emas dan loyang perbedaan mereka. |
2. Kosakata
Gaya bahasa dan kosakata mempunyai hubungan erat, hubungan timbal balik. Semakin kaya kosakata seseorang, semakin beragam pulalah gaya bahasa yang dipakainya. Peningkatan pemakaian gaya bahasa jelas memperkaya kosakata pemakainya. Untuk itu, penting bagi kalian untuk mengembangkan kosakata bila hendak menulis. Beberapa kosakata yang terdapat dalam cerpen “Juru
Masak” yang jarang ditemukan dalam keseharian antara lain sebagai berikut.
Gaya bahasa dan kosakata mempunyai hubungan erat, hubungan timbal balik. Semakin kaya kosakata seseorang, semakin beragam pulalah gaya bahasa yang dipakainya. Peningkatan pemakaian gaya bahasa jelas memperkaya kosakata pemakainya. Untuk itu, penting bagi kalian untuk mengembangkan kosakata bila hendak menulis. Beberapa kosakata yang terdapat dalam cerpen “Juru
Masak” yang jarang ditemukan dalam keseharian antara lain sebagai berikut.
- Gulai: Sayur berkuah santan dan diberi kunyit serta bumbu khusus (biasanya dicampur dengan ikan, daging kambing, daging sapi, dan sebagainya).
- Rebung : Anak (bakal batang) buluh masih kecil dan masih muda, biasa dibuat sayur.
- Membujang : Menjadi orang yang belum atau tidak kawin
- Pencak: Permainan dengan keahlian untuk mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, mengelak dan sebagainya.
- Perwira : Anggota tentara yang berpangkat diatas bintara.
- Beleng : Hanya satu, hanya seorang diri (tanpa adik atau kakak)
- Tabiat : Perangai; watak; budi pekerti; perbuatan yang dilakukan; kelakuan; tingkah laku.
- Kenduri : Perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, minta berkat, dan sebagainya.
- Musabab : Sebab dari segala sebab (yang menjadi asal); yang menyebabkan.
- Mempersunting : Meminang dengan tujuan untuk memperistri.
3. Kalimat Deskriptif
Salah satu ciri linguistik yang membangun teks cerita pendek adalah menggunakan kalimat yang menjelaskan peristiwa yang terjadi. Temukan kalimat yang dimaksud dalam cerpen “Juru Masak” itu.
- Beberapa tahun lalu, pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamadji yang digelar dengan menyembelih tiga belas ekor kambing dan berlangsung selama tiga hari, tidak berjalan mulus, bahkan hampir saja batal.
- Sejak dulu, Makaji tidak pernah keberatan membantu kwluarga mana saja yang hendak menggelar pesta
- "Separuh umur Ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri di kampung ini, bagaimana kalau tanggung jawab itu dibebankan pada yang lebih muda?"saran Azrial
- Sejak dulu, orang-orang Lareh Panjang yang kesulitan uang selalu beres ditanganya.
- Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah jadi juragan
- Kini, lelaki itu kerap disebut sebagai orang Lereh Panjang paling sukses di rantau.
- Orang-orang Lereh Panjang hanya datang di hari pertama, sekedar menyaksikan benda-benda pusaka adat yang dikeluarkan untuk menyemarakkan kenduri
- Dua hari sebelum kenduri berlangsung, Azrial, anak laki-laki Makaji datang dari Jakarta. Ia pulang untuk menjemput Makaji
- Kini, juru masak itu sudah berada di Jakarta, mungkin tak akan kembali