Persatuan dan kesatuan dalam hidup bermasyarakat dan berbangsa, harus tetap dijaga oleh semua warga masyarakat. Agar persatuan dan kesatuan tetap terjaga, semua warga masyarakat harus selalu mengembangkan sikap toleransi, rasa persatuan dan kesatuan, dan kekeluargaan.
Tidak hanya warga masyarakat, pemimpin-pemimpin bangsa pun selalu berupaya untuk membina persatuan dan kesatuan hidup bermasyarakat dan berbangsa. Usaha-usaha yang dilakukan pemimpin bangsa dalam membina persatuan dan kesatuan bermasyarakat dan berbangsa antara lain:
Setiap warga masyarakat harus selalu menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan agar tercipta kerukunan hidup. Jika anggota masyarakat tidak memiliki rasa persatuan dan kesatuan, maka ia akan berbuat semaunya dan pada akhirnya menimbulkan permasalahan.
Beberapa contoh perilaku yang tidak menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan sehingga mengakibatkan tidak rukun, antara lain:
Perilaku-perilaku di atas, harus dihindari dan diupayakan tidak terjadi dengan cara memperbesar rasa teloransi.
Ayo Bermain Peran
Kamu dapat belajar tentang pentingnya menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan dengan bermain peran. Bentuklah kelompok terdiri atas enam anak. Keenam anak itu nantinya berperan sebagai Siti, Lani, Udin, Beni, Dayu, dan Pak Guru. Pelajari naskah untuk bermain peran berikut
Ayo Berlatih
Setelah kalian membaca cerita “Kesombongan Membawa Bencana”, sikap seperti Beni sudah selayaknya tidak kita tiru. Sikap sombong seperti yang dilakukan oleh Beni dapat menjadi penyebab pecahnya persatuan dan kesatuan. Para pemimpin bangsa kita terdahulu pun sangat menjaga agarrasa persatuan dan kesatuan tidak terpecah.
Sekarang, coba kalian sebutkan usaha-usaha yang dilakukan pemimpin bangsa dalam membina persatuan dan kesatuan sehingga tercipta kerukunan hidup bermasyarakat dan berbangsa.
Tidak hanya warga masyarakat, pemimpin-pemimpin bangsa pun selalu berupaya untuk membina persatuan dan kesatuan hidup bermasyarakat dan berbangsa. Usaha-usaha yang dilakukan pemimpin bangsa dalam membina persatuan dan kesatuan bermasyarakat dan berbangsa antara lain:
- Mengadakan festival budaya,
- Mewajibkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di setiap acara resmi di mana pun berada,
- Menjalankan pemerintahan secara adil dan terbuka,
- Mengadakan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
- Menciptakan kebebasan masyarakat untuk memeluk agama dan melakukan ibadah sesuai agamanya masing-masing,
- Membina sikap saling menghormati dan menghargai antarpemeluk agama,
- Mengadakan peringatan hari-hari besar nasional dengan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.
Setiap warga masyarakat harus selalu menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan agar tercipta kerukunan hidup. Jika anggota masyarakat tidak memiliki rasa persatuan dan kesatuan, maka ia akan berbuat semaunya dan pada akhirnya menimbulkan permasalahan.
Beberapa contoh perilaku yang tidak menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan sehingga mengakibatkan tidak rukun, antara lain:
- Peserta didik bersikap sombong dan memilih-milih teman di sekolah,
- Pertengkaran antarwarga,
- Tawuran antarpelajar atau warga,
- Merendahkan atau mengejek agama lain sehingga terjadi perselisihan,
- Konflik antarsuku, dan lain-lain.
Perilaku-perilaku di atas, harus dihindari dan diupayakan tidak terjadi dengan cara memperbesar rasa teloransi.
Ayo Bermain Peran
Kamu dapat belajar tentang pentingnya menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan dengan bermain peran. Bentuklah kelompok terdiri atas enam anak. Keenam anak itu nantinya berperan sebagai Siti, Lani, Udin, Beni, Dayu, dan Pak Guru. Pelajari naskah untuk bermain peran berikut
Kesombongan Membawa Petaka
Sekolah sedang mengadakan kegiatan jelajah alam yang diikuti oleh peserta didik kelas 5 dan 6. Mereka terbagi ke dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam kegiatan jelajah alam tersebut, tim yang paling giat dan bisa menyelesaikan tugas dengan baik, akan mendapatkan penghargaan.
Siti, Leni, Udin, Beni, dan Dayu berada pada satu kelompok. Beni adalah anak yang pintar, namun kurang bisa bekerja sama dengan temannya. karena sikapnya yang sombong. Dayu sebagai pemimpin regu merasa kesulitan mengatur anggota regunya. Acara jelajah alam pun dimulai, mereka segera memasuki hutan untuk mencari jejak.
”Kalau cuma begini sih kecil, aku tahu betul kondisi hutan ini. Pasti kelompok kita yang menang nantinya,” kata Beni dengan sombong.
“Kita tidak boleh sombong Beni, yang terpenting kita harus selalu bersama dan tidak boleh terpisah,” kata Dayu.
Tiba-tiba Lani berkata, ”Lihat... ada persimpangan di depan. Kita harus memilih jalan yang mana ya?”
“Sepertinya ada sandi yang harus kita pecahkan, untuk bisa tahu jalan mana yang harus kita pilih,” kata Siti.
“Biar aku saja yang mengerjakan sandi itu, kalian tunggu di sini saja,” kata Beni.
“Kita kerjakan bersama-sama saja, kan kita satu kelompok,” kata Dayu.
“Nanti malah kelamaan. Sudah, biar aku saja yang mengerjakan. Kalau cuma sandi begituan, sih, gampang. Kalian nurut saja, biar kelompok kita sampai paling cepat dan dapat juara,” kata Beni.
“Tidak bisa begitu.. kita kerjakan bersama saja,” kata Udin.
Kemudian, mereka berdiskusi memecahkan sandi untuk menentukan arah yang harus mereka pilih. Diskusi berjalan alot karena ada perbedaan antara Beni dan teman-temannya.
“Menurutku, sandi itu mengatakan bahwa kita harus mengambil jalan ke kanan. Tapi, biar kita sampai di pos paling cepat, kita cari jalan pintas saja. Kita berjalan ke kiri memotong arah. Aku tahu hutan ini, karena aku pernah ke sini berkali-kali,” ujar Beni mantap.
“ Tidak, kita harus berjalan sesuai petunjuk arah,” kata Udin.
“Sekarang aku tanya, di sini yang paling pintar siapa? aku kan! Aku juara kelas, kalian semua memiliki peringkat di bawahku. Itu berarti kalian harus menuruti kata-kataku. Aku yakin keputusanku yang paling benar,” kata Beni dengan sombong.
Mereka terus berdebat. Dayu, Lani, Udin dan Siti sependapat, sedangkan Beni tidak sependapat sendiri.
“Sudah..., sekarang kita ikut suara terbanyak saja. Aku, Lani, dan Siti setuju dengan pendapat Udin. Berarti kita jalan ke kanan,” kata Dayu.
“Tidak. Silakan saja kalian berjalan sendiri, pasti nanti kalian yang akan tersesat karena jalannya memutar kalau menuju pos. Biar aku sendiri berjalan ke kiri,” kata Beni.
“Jangan Beni. Kita kan harus selalu bersama. Jangan pergi sendiri, nanti kalau kamu yang tersesat bagaimana? Pokoknya, kita harus tetap bersatu,” ujar Lani.
“Kalau begitu, kalian harus menuruti kata-kataku. Kita berjalan ke kiri,” kata Beni.
“Tapi kompasnya membidik 60 derajat ke arah utara, sesuai kata-kata pada sandi itu. Berarti, kita harus mengambil arah kanan,” kata Siti sambil membidik kompas di tangannya.
“Apa pun alasannya, aku akan berjalan ke kiri. Itu keputusanku, karena aku lebih tahu daerah ini. Kalau kalian tidak mau ikut denganku, ya sudah. Selamat jalan, aku pergi sendiri. Biar nanti aku sampai lebih dulu di tempat tujuan,” kata Beni sambil berlalu meninggalkan kelompoknya.
Siti, Lani, Udin, dan Dayu tercengang dengan sikap Beni. Mereka berusaha mencegah Beni. Namun terlambat, Beni sudah berlari dengan cepat.
Dengan sangat terpaksa, mereka melanjutkan perjalanan tanpa Beni. Sesampainya di pos, ternyata kelompok mereka nomor dua. Ada satu kelompok yang telah sampai lebih dulu di pos itu. Mereka kemudian teringat dengan Beni, Beni tidak ada di sana. Hingga semua kelompok berkumpul di pos tersebut, Beni tidak juga muncul.
Mereka kemudian merasa ketakutan, khawatir jika Beni tersesat di dalam hutan. Dayu melapor pada Pak Guru. Tak lama kemudian, Pak Guru meminta Lani, Siti, Udin, dan Dayu untuk ikut bersama tim mencari keberadaan Beni.
Sementara di tengah hutan, Beni bingung. Ia tiba-tiba lupa dengan jalan yang harus ia tempuh.
“Kenapa sepertinya aku hanya berputar-putar saja? Dari tadi sepertinya jalan yang aku lewati sama. Aku tersesat.... Coba tadi aku nurut sama mereka. Tapi kan gengsi, masak aku paling pintar harus nurut sama mereka yang kepintarannya di bawahku?” kata Beni.
Beni menyesal. Ternyata ia telah bersikap sombong. Kesombongan yang akhirnya justru mencelakakan dirinya sendiri.
Setelah beberapa lama, akhirnya Beni dapat ditemukan. Hari sudah petang. Mereka kemudian bersama-sama menuju pos.
“Teman-teman, aku minta maaf ya…. Karena kesombonganku, kalian jadi repot harus mencariku,” kata Beni kepada teman-temannya dengan menyesal.
“Tidak apa-apa. Lain kali, kita harus kompak dan bersatu. Kamu memang pintar, Beni, tapi kesombonganmu harus dihilangkan,” kata Udin.
Sekolah sedang mengadakan kegiatan jelajah alam yang diikuti oleh peserta didik kelas 5 dan 6. Mereka terbagi ke dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam kegiatan jelajah alam tersebut, tim yang paling giat dan bisa menyelesaikan tugas dengan baik, akan mendapatkan penghargaan.
Siti, Leni, Udin, Beni, dan Dayu berada pada satu kelompok. Beni adalah anak yang pintar, namun kurang bisa bekerja sama dengan temannya. karena sikapnya yang sombong. Dayu sebagai pemimpin regu merasa kesulitan mengatur anggota regunya. Acara jelajah alam pun dimulai, mereka segera memasuki hutan untuk mencari jejak.
”Kalau cuma begini sih kecil, aku tahu betul kondisi hutan ini. Pasti kelompok kita yang menang nantinya,” kata Beni dengan sombong.
“Kita tidak boleh sombong Beni, yang terpenting kita harus selalu bersama dan tidak boleh terpisah,” kata Dayu.
Tiba-tiba Lani berkata, ”Lihat... ada persimpangan di depan. Kita harus memilih jalan yang mana ya?”
“Sepertinya ada sandi yang harus kita pecahkan, untuk bisa tahu jalan mana yang harus kita pilih,” kata Siti.
“Biar aku saja yang mengerjakan sandi itu, kalian tunggu di sini saja,” kata Beni.
“Kita kerjakan bersama-sama saja, kan kita satu kelompok,” kata Dayu.
“Nanti malah kelamaan. Sudah, biar aku saja yang mengerjakan. Kalau cuma sandi begituan, sih, gampang. Kalian nurut saja, biar kelompok kita sampai paling cepat dan dapat juara,” kata Beni.
“Tidak bisa begitu.. kita kerjakan bersama saja,” kata Udin.
Kemudian, mereka berdiskusi memecahkan sandi untuk menentukan arah yang harus mereka pilih. Diskusi berjalan alot karena ada perbedaan antara Beni dan teman-temannya.
“Menurutku, sandi itu mengatakan bahwa kita harus mengambil jalan ke kanan. Tapi, biar kita sampai di pos paling cepat, kita cari jalan pintas saja. Kita berjalan ke kiri memotong arah. Aku tahu hutan ini, karena aku pernah ke sini berkali-kali,” ujar Beni mantap.
“ Tidak, kita harus berjalan sesuai petunjuk arah,” kata Udin.
“Sekarang aku tanya, di sini yang paling pintar siapa? aku kan! Aku juara kelas, kalian semua memiliki peringkat di bawahku. Itu berarti kalian harus menuruti kata-kataku. Aku yakin keputusanku yang paling benar,” kata Beni dengan sombong.
Mereka terus berdebat. Dayu, Lani, Udin dan Siti sependapat, sedangkan Beni tidak sependapat sendiri.
“Sudah..., sekarang kita ikut suara terbanyak saja. Aku, Lani, dan Siti setuju dengan pendapat Udin. Berarti kita jalan ke kanan,” kata Dayu.
“Tidak. Silakan saja kalian berjalan sendiri, pasti nanti kalian yang akan tersesat karena jalannya memutar kalau menuju pos. Biar aku sendiri berjalan ke kiri,” kata Beni.
“Jangan Beni. Kita kan harus selalu bersama. Jangan pergi sendiri, nanti kalau kamu yang tersesat bagaimana? Pokoknya, kita harus tetap bersatu,” ujar Lani.
“Kalau begitu, kalian harus menuruti kata-kataku. Kita berjalan ke kiri,” kata Beni.
“Tapi kompasnya membidik 60 derajat ke arah utara, sesuai kata-kata pada sandi itu. Berarti, kita harus mengambil arah kanan,” kata Siti sambil membidik kompas di tangannya.
“Apa pun alasannya, aku akan berjalan ke kiri. Itu keputusanku, karena aku lebih tahu daerah ini. Kalau kalian tidak mau ikut denganku, ya sudah. Selamat jalan, aku pergi sendiri. Biar nanti aku sampai lebih dulu di tempat tujuan,” kata Beni sambil berlalu meninggalkan kelompoknya.
Siti, Lani, Udin, dan Dayu tercengang dengan sikap Beni. Mereka berusaha mencegah Beni. Namun terlambat, Beni sudah berlari dengan cepat.
Dengan sangat terpaksa, mereka melanjutkan perjalanan tanpa Beni. Sesampainya di pos, ternyata kelompok mereka nomor dua. Ada satu kelompok yang telah sampai lebih dulu di pos itu. Mereka kemudian teringat dengan Beni, Beni tidak ada di sana. Hingga semua kelompok berkumpul di pos tersebut, Beni tidak juga muncul.
Mereka kemudian merasa ketakutan, khawatir jika Beni tersesat di dalam hutan. Dayu melapor pada Pak Guru. Tak lama kemudian, Pak Guru meminta Lani, Siti, Udin, dan Dayu untuk ikut bersama tim mencari keberadaan Beni.
Sementara di tengah hutan, Beni bingung. Ia tiba-tiba lupa dengan jalan yang harus ia tempuh.
“Kenapa sepertinya aku hanya berputar-putar saja? Dari tadi sepertinya jalan yang aku lewati sama. Aku tersesat.... Coba tadi aku nurut sama mereka. Tapi kan gengsi, masak aku paling pintar harus nurut sama mereka yang kepintarannya di bawahku?” kata Beni.
Beni menyesal. Ternyata ia telah bersikap sombong. Kesombongan yang akhirnya justru mencelakakan dirinya sendiri.
Setelah beberapa lama, akhirnya Beni dapat ditemukan. Hari sudah petang. Mereka kemudian bersama-sama menuju pos.
“Teman-teman, aku minta maaf ya…. Karena kesombonganku, kalian jadi repot harus mencariku,” kata Beni kepada teman-temannya dengan menyesal.
“Tidak apa-apa. Lain kali, kita harus kompak dan bersatu. Kamu memang pintar, Beni, tapi kesombonganmu harus dihilangkan,” kata Udin.
Ayo Berlatih
Setelah kalian membaca cerita “Kesombongan Membawa Bencana”, sikap seperti Beni sudah selayaknya tidak kita tiru. Sikap sombong seperti yang dilakukan oleh Beni dapat menjadi penyebab pecahnya persatuan dan kesatuan. Para pemimpin bangsa kita terdahulu pun sangat menjaga agarrasa persatuan dan kesatuan tidak terpecah.
Sekarang, coba kalian sebutkan usaha-usaha yang dilakukan pemimpin bangsa dalam membina persatuan dan kesatuan sehingga tercipta kerukunan hidup bermasyarakat dan berbangsa.
Persatuan dan Kesatuan Bangsa harus tetap dijaga dmi kelangsungan Bangsa Indonesia. Tidak hanya warga negara saja, namun para pmimpin banga pun ikut bertanggung jawab. Usaha-usaha yang dilakukan pemimpin bangsa dalam membina kerukunan hidup bermasyarakat dan berbangsa antara lain:
- Mengadakan festival budaya. Jika kita mempelajari, mengetahui, menghormati, melindungi budaya orang lain maka prsatuan semakin kokoh.
- Mewajibkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di setiap acara resmi dimanapun berada. Bahasa indonesia brmanfaat sbagai persatuan bangsa karena bahasa indonesia dapat dimengerti oleh semua masyarakat di daerah mnapun di indonesia, maka dari itu bahasa indonesia bisa dibilang alat pemersatu bangsa.
- Menjalankan pemerintahan secara adil dan terbuka.
- Mengadakan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
- Menciptakan kebebasan masyarakat untuk memeluk agama dan melakukan ibadah sesuai agamanya masing-masing.
- Membina sikap saling menghormati dan menghargai antar pemeluk agama.
- Mengadakan peringatan hari-hari besar nasional dengan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.